Dua Dosen STAI Denpasar Jadi Presenter di International Conference on Islam Nusantara (ICNARA) 2025

Dua dosen Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Denpasar, Nur Wahyudi dan Rusmayani, berhasil menjadi presenter online dalam ajang ilmiah internasional bergengsi, International Conference on Islam Nusantara (ICNARA): Seminar Serantau Peradaban Islam IV 2025, yang diselenggarakan oleh UIN Kiai Haji Achmad Siddiq (KHAS) Jember pada 27–29 Oktober 2025.
Konferensi yang mengusung tema “Living Traditions and the Sustainable Future of Pesantren: Education, Ecotheology, and Ethics in the SDGs Era” ini diikuti oleh para akademisi, peneliti, dan praktisi dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia serta beberapa negara Asia Tenggara. Kegiatan ini menjadi wadah penting bagi penguatan jejaring ilmiah dan pengembangan konsep Islam Nusantara dalam konteks peradaban global yang berkelanjutan.
Dalam forum tersebut, Nur Wahyudi dan Rusmayani mempresentasikan hasil riset mereka yang berjudul:
“Tradisi Balaganjur dalam Perayaan Takbiran di Kampung Kepaon-Denpasar: Representasi Kearifan Lokal dan Pemikiran Intelektual Lintas Budaya.”
Keduanya mengungkapkan bahwa tradisi Balaganjur dalam perayaan takbiran bukan sekadar ekspresi budaya, melainkan juga menjadi simbol kerukunan, toleransi, dan persatuan dalam keberagaman.
Bagi umat Islam, tradisi ini merupakan ungkapan rasa syukur dan syiar kemenangan setelah sebulan berpuasa di bulan Ramadan.
Sementara bagi masyarakat Hindu Bali, partisipasi mereka mencerminkan semangat “menyama braya”, yaitu nilai luhur persaudaraan universal yang menjadi ciri khas kearifan lokal masyarakat Bali.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa tradisi tersebut merupakan hasil dialog intelektual lintas budaya antara Islam dan Hindu Bali, yang mencerminkan kesadaran sosial dan rasionalitas budaya masyarakat Kepaon. Mereka mampu memadukan nilai-nilai religius dan kultural menjadi satu kesatuan yang harmonis dan memperkaya kehidupan sosial.
Dalam rekomendasinya, para peneliti menegaskan bahwa tradisi takbiran dengan Balaganjur perlu dilestarikan dan didokumentasikan secara berkelanjutan sebagai warisan budaya lokal yang berperan penting dalam memperkuat harmoni sosial dan spiritual di Bali. Pemerintah daerah serta lembaga keagamaan diharapkan dapat memberikan dukungan edukatif dan administratif agar tradisi ini tetap terjaga tanpa kehilangan nilai-nilai aslinya.
Lebih lanjut, generasi muda juga perlu dibekali dengan pemahaman multikultural dan literasi budaya, agar mereka memiliki cara pandang terbuka terhadap perbedaan dan mampu melanjutkan tradisi ini dengan penuh kesadaran. Dengan demikian, tradisi Balaganjur dalam takbiran dapat terus menjadi contoh hidup tentang harmoni antara agama dan budaya di tengah masyarakat majemuk.
Keikutsertaan dua dosen STAI Denpasar dalam konferensi internasional yang diselenggarakan oleh UIN KHAS Jember ini menjadi bukti nyata komitmen STAI Denpasar dalam pengembangan riset Islam kontekstual berbasis kearifan lokal, sekaligus memperkuat posisi kampus di kancah akademik nasional dan internasional.

Redaksi STAI Denpasar News
Denpasar, 30 Oktober 2025

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *