G
N
I
D
A
O
L

Bersama Ketua Yayasan Masjid Agung Ibnu Batutah, Panitia PMB STAI Denpasar Menyambut Kunjungan MAN 1 Kebumen

Rombongan siswa-siswi MAN 1 Kebumen berkunjung ke Bali (21-23/6). Rombongan dipimpin oleh Drs. Wahid Adib dan bersama sejumlah guru pendamping MAN 1 Kebumen. Dalam kunjungan tersebut selain dalam rangka muhibah tadabur alam Bali, juga dalam rangka melihat dari dekat tentang kehidupan beragama di Bali.

Rombongan terdiri dari siswa-siswi MAN 1 Kebumen sebanyak 200 siswa yang didampingi oleh guru pendamping. Berdasarkan penuturan ketua rombongan bahwa kunjungan ini merupakan kunjungan MAN 1 Kebumen ke Bali pada kali yang ke-enam.

Ketua rombongan juga menyampaikan pesan kesan atas kunjungan kali ini, bahwa Bali masih tetap menjadi destinasi yang menarik untuk dikunjungi, baik dalam kacamata geografi eksotik turistik maupun perspektif sosio-kultural, dan sosio-spiritual.

Dalam sambutannya ketua yayasan masjid agung Ibnu Batutah, yang diwakili oleh H. Jumali menyampaikan bahwa kehidupan beragama di Bali dari tahun ke tahun sangat kondusif. Ia menguraikan bahwa hal itu berkat kerjasama dan kesepahaman berbagai komponen masyarakat Bali yang sadar akan eksistensi Bali. Antara lain Bali mutlak perlu adanya kenyamanan, keamanan, kebersihan, keasrian, dan ramah untuk dikunjungi. “Alhamdulillah hingga sampai saat ini dapat diwujudkan bersama secara terencana, terstruktur, dan berkelanjutan,” serunya.

Selain itu H. Jumali yang fasih dan gamblang memberikan infonya tentang keberadaan yayasan Masjid Agung Ibnu Batutah di mulai dari awal hingga akhir. Ia menuturkan bahwa sebelum adanya masjid di Puja Mandala jauh hari kegiatan umat muslim dilaksanakan di kawasan BTDC Nusa Dua, kini berubah nama menjadi ITDC. Mushola tersebut keberadaannya sebagai pendukung pariwisata Bali.

Tidak jauh berbeda dengan keberadaan masjid Agung Ibnu Batutah juga sebagai penyokong pariwisata Bali dengan konsep Puja Mandala. Ada masjid, gereja, vihara, dan pura. Semua itu bertujuan kelengkapan fasilitas destinasi wisata Bali agar kepariwisataan Bali tetap eksis dan tetap menjadi alternatif terdepan di tengah-tengah kompetitif turistik yang kian berkembang di bilangan negara saat ini.

Sementara itu, saat Imam Muhayat diminta untuk memberikan tambahan materi tentang kehidupan beragama di Bali, ia sampaikan tiga pilar penting yang selama ini dilaku-teguhkan muslim dalam mejalani kehidupan bersama masyarakat Bali.

Bahwa perbedaan adalah keniscayaan, sehingga agama perlu menjadi sarana sekaligus tujuan bagian dari kekuatan religius umat manusia yang dapat memberi arti bagi kedamaian hidup. Sebagaimana yang terkandung dalam prinsip kehidupan dasar yang diajarkan Islam, yakni: 1). Menjunjung tinggi persamaan dan kesederajatan antarsesama manusia; 2). Menjunjung tinggi semangat kebersamaan; 3). Mementingkan persatuan dan kesatuan umat manusia. Tentu selanjutnya lebih berdaya lagi selama menjadi formasi gerakan dalam berbagai kajian, baik secara akademik maupun kajian sosio-kultural spiritualis di selingkung tataran kehidupan masyarakat.

“Dari beberapa prinsip dasar kehidupan universal itu, rasanya dan terasa sekali kehidupan keagamaan di Bali terdorong, tergerakkan, dan terarahkan pada tujuan yang sedemikian itu, sehingga agama dapat menjadi rahmat bagi segenap semesta,” demikian simpulan Imam Muhayat.

Senada yang disampaikan ketua STAI Denpasar, Jumari, S.P., M.Pd., pada suatu kesempatan saat ditemui di kantornya menghimbau hendaknya para dosen ikut ambil bagian. Apalagi, dengan semakin bertambahnya mahasiswa STAI Denpasar visi misi rahmatan Lil alamin dapat lebih diteguhkan melalui sembilan Standar Nasional Pendidikan (SNP) dengan berbagai pencermatan, dan pendekatan dalam proses perkuliahan di STAI Denpasar.

Pada akhir pertemuan Muhayat memperkenalkan STAI Denpasar sebagai institusi pendidikan yang tetap berkomitmen mengadakan pendampingan pada masyarakat Bali, agar ketiga pilar di atas selalu relevan  untuk mewujudkan kehidupan Bali yang aman, tenteram, damai, dan tetap lestari sampai kapan waktu yang terberi.