G
N
I
D
A
O
L

Studium General, STAI Denpasar Hadirkan Profesor Karagedik

Ahad, 8 September 2024 Sekolah Tinggi Agama Islam Denpasar Bali melaksanakan Studium General dengan tema Islamic Theology and Religious Education In Germany (History and Future Perspectives) bersama Prof. Dr. Phil. Ulvi Karagedik, MA dan Dr. Ibrahim Aslandur dari University of Education Ecole Superieure de Pedogogie Karlsruhe.

Pertemuan tersebut di buka oleh ucapan selamat datang dari Ketua STAI Denpasar Dr. Sudarsono, S. Kom.I, M. Pd.I didampingi oleh Dosen Senior Jumari, SP. M. Pd, dan translator Fajri Zulia Ramadhani, SH. M. Ag.

Perkembangan islam di Jerman dari tahun ke tahun meningkat,

Prof. Ulvi Karagedik mengawali materi yang disampaikan bahwa pendidikan Islam di Jerman sebagai disiplin ilmu baru, total penduduk di Jerman 6 juta adalah muslim dari totalitas keseluruhan penduduk Jerman yang berjumlah 80 juta.’

“Memberikan kehidupan di negara mayoritas yang tidak beragama Islam. Tren yang menarik mulai saat ini banyak orang di Jerman tidak beragama atau disebut atheis.”

“Sejarah panjang masuknya Islam di Jerman yautu dimulai pada abad ke- 8, kemudian pada masa kerajaan Ottoman yaitu abad 18, dan kemudian banyaknya imigran beragama Islam yang bekerja di negara Jerman.”

“Para orang tua saat ini mulai tumbuh kesadaran perihal kemauan untuk mempelajari agama, menanamkan pemahaman agama melalui diskusi, seperti mengapa harus beragama dan membaca Alquran bukan hanya sekedar membaca tapi juga bagaiaman memahaminya secara kontekstual.”

“Islam merupakan disiplin ilmu yang cukup tua, walapun di Jerman merupakan hal yang baru. Kami memulai untuk membuka disiplin ilmu keagamaan Islam di sekolah-sekolah umum.”

“Tantanagannya sama bahwa ada pertumbuhan Islam yang dari 120 sekolah yang kemudian hanya 3 sekolah yang memfasilitasi pelajaran pendidikan Islam.”

“Ada perbedaan pemahaman Islam dari para pendatang di Jerman seperti budaya dari negara mereka masing-masing. Sedangkan Turkey sendiri pemahaman akidahnya adalah pahamnya Sunni.”

Kemudian narasumber kedua Dr. Ibrahim Aslandur menyampaikan “bahwa selama sepuluh hari melakukan perjalan yang panjang, dimulai dari UIN Arraniri Aceh samapai ke UIN Walisongo Semarang dan sekarang ke Bali, ternyata di Bali dengan Aceh memiliki perbedaan yang signifikan.”

“Pada tahun 1961 imigran muslim datang ke Jerman sebanyak 1 juta orang untuk bekerja dan salah satunya adalah kakek saya. Kami membawa Islam yang original sebagaimana di Turkey, kemudian harus beradaptasi dengan kondisi di sana.”

“Generasi kedua mereka yang tumbuh di Jerman berubah dan berbeda daripada pemahaman Islam pada generasi pertama. Pada tahun itu ada kebijakan politik yang kemudian menyebabkan mereka terisolasi karena beragama Islam sehingga harus dipisahkan.”

“Ada tahapan perubahan setelah mereka diisolasi dari pergaulan di Jerman, setelah mereka berkembang mereka belajar bahasa dan kultur Jerman sehingga mereka mendapatkan hak yang sama dengan warga di sana.”

Acara tersebut dihadiri Kaprodi Ekonomi Syariah Sahrial Ardiansyah, SHI. MH, Kaprodi MPI Nur Wahyudi, S.Pd.I, MHI, Ketua P3M Drs. H. Imam Muhayat, MA, Ketua Publikasi dan Jurnal R. Agrosamdhyo, SE. MM, mahasiswa pascasarjana, dan seluruh mahasiswa dari berbagai jurusan baik dari prodi ES, MPI maupun PAI.